Belum lama ini sebanyak 16 tunanetra dari Faith Music Centre,sebuah pusat musik Katolik menghibur para lansia di Panti Jompo St. Theresa di Singapura.
“Karena saya secara fisik cacat, saya tahu itu tidak mudah bagi mereka untuk keluar dan melakukan. Untuk melakukannya, dibutuhkan keberanian yang besar,” kata Law, seorang lansia dari Panti Jompo St. Theresa.
Faith Music Centre, yang dimulai pada pertengahan tahun 2008 di Paroki Sakramen Mahakudus, memiliki beberapa pusat di Singapura.
Sejak tahun 2010, pusat itu telah bekerja sama dengan Asosiasi Tunanetra Singapura untuk memberikan keterampilan seni musik bagi kaum tunanetra.
Pusat itu memulai sebuah band tunanetra tahun 2013 yang bermain di panti-panti jompo untuk menghibur para lansia.
Sebagai bagian dari Visually Impaired Band (VIB), pusat itu juga telah tampil di berbagai acara, dua kali mengadakan konser Singing Lotus untuk memberikan harapan kepada orang lain dengan cacat dan membantu mengintegrasikan mereka ke dalam masyarakat.
Selama berjam-jam konser baru-baru ini, Keane Zhuang Jun Hao berusia 7 tahun melakukan debutnya yang pertama. Lahir tanpa indra penglihatan dan didiagnosis dengan autisme, pemain termuda itu membawakan lagu Edelweiss dan sebuah lagu Mandarin.
Ken Wong, seorang gitaris tunanetra berusia 26 tahun yang kehilangan indra penglihatannya karena distrofi otot juga membawakan lagu Oh My Angel – karyanya sendiri.
Pria tertua, dan seorang gitaris, James Chong, mengatakan, “Kami ingin membuktikan bahwa orang-orang cacat fisik bisa bermain musik,” katanya.
Pria berusia 72 tahun itu juga menyanyikan lagu-lagu rohani sepertiAmazing Grace dan As Deer.
Selama acara itu para lansia menyambut dengan bertepuk tangan dan juga bernyanyi bersama-sama dengan mereka.
“Dengan belajar keterampilan kecil ini para tunanetra telah memberikan segalanya,” kata Alvin Yeo, pendiri dan wakil CEO dariFaith Music Centre.
Sumber: UCA News